Senin, 11 November 2013

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PENGATURAN POLA MAKAN DENGAN MENERAPKAN AJARAN AHARALAGAWA SEBAGAI ALTERNATIF PENGELOLAAN GAYA HIDUP SEHAT



PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
PENGATURAN POLA MAKAN DENGAN MENERAPKAN AJARAN AHARALAGAWA SEBAGAI ALTERNATIF PENGELOLAAN GAYA HIDUP SEHAT
BIDANG KEGIATAN:
PKM-GT







KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang telah memberi karunia yang tiada henti kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan Program Kreativitas Mahasiswa yang berjudul “Pengaturan Pola Makan Dengan Menerapkan Ajaran Aharalagawa Sebagai Alternatif Pengelolaan Gaya Hidup Sehat”. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu secara langsung maupun tidak langsung.
Kami sangat sadar, meski kami sudah berusaha semaksimal mungkin, tetapi, karena keterbatasan-keterbatasan yang ada, karya ilmiah ini mungkin masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kritik yang membangun, tentu akan kami terima dengan kelapangan hati kami. Semoga karya tulis kami dapat menjadi referensi, inspirasi dan bisa bermanfaat bagi semua kalangan.


BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah
Kesehatan adalah permata yang sangat mahal. Bahkan ada ungkapan yang mengatakan, “kesehatan memang bukan segala-galanya, tapi segala-galanya tidak akan berarti tanpa kesehatan”. Kesehatan adalah permata yang tak akan kita dapat dengan uang berapa pun. Kesehatan  merupakan karunia paling berharga dari Tuhan Yang Maha Esa. Tiada nikmat kehidupan tanpa kesehatan yang ada dalam diri kita, sehingga kita harus bersyukur atas kesehatan yang telah diberikan-Nya. Salah satu bukti nyata bersyukur pada-Nya yakni dengan selalu memelihara dan menjaga kesehatan kita dari segala yang mengancam dan membahayakannya.
Hippocrates, filosof Yunani yang hidup sekitar tahun 500 SM menyerukan, “Let food be your medicine and medicine be your food!”. Para filosof kuno di Asia Timur juga menyebutkan makanan dan obat sesungguhnya memiliki sumber yang sama (www.parisada.org). Atas dasar itu, sudah seharusnya manusia mengkonsumsi makanan yang menyehatkan fisik dan psikisnya, seperti makanan yang kaya akan vitamin, mineral, fitokimia, serta senyawa-senyawa bukan gizi (non nutritives) dan faktor-faktor penopang kesehatan lainnya.
Di dalam ilmu yoga, para yogi mengajarkan bahwa keadaan fisik dan mental sangat dipengaruhi oleh makanan yang dimakan. Jika kita berbicara tentang mengkonsumsi makanan, maka kita akan membahas tentang pola makan. Banyak masyarakat yang tidak memperhatikan pola makannya sehingga mengakibatkan kesehatannya terganggu. Hal ini sangat berkaitan dengan pengelolaan gaya hidup (life style management) seseorang.
Di dalam Agama Hindu ada ajaran yang khusus mengatur pola makan seseorang. Ajaran itu merupakan salah satu bagian dari Panca Nyama Bratha yaitu ajaran Aharalagawa. Ajaran ini telah diyakini oleh umat Hindu sebagai pedoman pengaturan pola makan untuk mencapai kebersihan jasmaniah dan rohaniah (Puniyatmaja,1976:70) .
Berdasarkan fakta-fakta tersebut, penyusun mengangkat tema “Pengaturan Pola Makan Dengan Menerapkan Ajaran Aharalagawa Sebagai Alternatif Pengelolaan Gaya Hidup Sehat” sebagai bahan kajian karya ilmiah ini.

 1.2  Pembatasan Masalah
Dalam karya tulis ini, kami berusaha membahas dan mendeskripsikan pengaruh pola makan seseorang terhadap kesehatan seseorang, serta keistimewaan ajaran Aharalagawa dalam mengatur pola makan sebagai bagian pengelolaan gaya hidup ( Life Style Management ).

1.3  Rumusan Masalah
1.3.1        Faktor-faktor apa yang mempengaruhi pola makan seseorang?
1.3.2        Mengapa ajaran Aharalagawa dapat dijadikan sebagai salah satu pedoman pengaturan kualitas pola makan seseorang?

1.4     Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1.4.1        Untuk mengungkapkan faktor-faktor yang mempengaruhi pola makan seseorang.
1.4.2        Untuk mengungkap keistimewaan ajaran Aharalagawa sehingga dapat dijadikan sebagai alternatif pengaturan  pola makan seseorang.                                                        
1.5              Hipotesis Penelitian
1.5.1        Faktor-faktor yang mempengaruhi pola makan seseorang antara lain lingkungan, adat istiadat, tingkat penghasilan, pengetahuan, dan lain sebagainya.
1.5.2        Ajaran Aharalagawa memiliki kelebihan tersendiri dalam mengatur pola makan seseorang yaitu dengan mengkaji dan menyesuaikan pola makan seseorang berdasarkan aktivitas kesehariannya.


1.6    Manfaat Penelitian
      Manfaat yang didapat dari penelitian ini adalah :
1.6.1        Dapat menambah wawasan pembaca, khususnya yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi pola makan seseorang dan keistimewaan ajaran Aharalagawa sehingga dapat dijadikan sebagai alternatif  dalam mengatur pola makan seseorang.
1.6.2        Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan bandingan ataupun masukan bagi masyarakat,dinas kesehatan dan pihak terkait untuk mensosialisasikan pola makan yang lebih sehat.























BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Pola Makan
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, pola diartikan sebagai suatu sistem, cara kerja atau usaha untuk melakukan sesuatu (Depdiknas, 2001). Dengan demikian, pola makan yang sehat dapat diartikan sebagai suatu cara atau usaha untuk melakukan kegiatan makan secara sehat. Sedangkan yang dimaksud pola makan sehat dalam penelitian ini adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis makanan dengan maksud tertentu seperti mempertahankan kesehatan, status nutrisi, mencegah atau membantu kesembuhan penyakit. Pola makan sehari-hari merupakan pola makan seseorang yang berhubungan dengan kebiasaan makan setiap harinya. Pengertian pola makan seperti dijelaskan di atas pada dasarnya mendekati definisi diet dalam ilmu gizi. Diet diartikan sebagai pengaturan jumlah dan jenis makanan yang dimakan agar seseorang tetap sehat. Untuk mencapai tujuan diet atau pola makan sehat tersebut tidak terlepas dari masukan gizi yang merupakan proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal organ-organ, serta menghasilkan energi.

2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Makan
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pola makan antara lain faktor budaya, agama/kepercayaan, status sosial ekonomi, personal preference, rasa lapar, nafsu makan, rasa kenyang, dan kesehatan.

2.2.1   Budaya
      Budaya cukup menentukan jenis makanan yang sering dikonsumsi. Demikian pula letak geografis mempengaruhi makanan yang diinginkannya. Sebagai contoh, nasi untuk orang-orang Asia dan Orientalis, pasta untuk orang-orang Italia, curry (kari) untuk orang-orang India merupakan makanan pokok, selain makana-makanan lain yang mulai ditinggalkan. Makanan laut banyak disukai oleh masyarakat sepanjang pesisir Amerika Utara. Sedangkan penduduk Amerika bagian Selatan lebih menyukai makanan goreng-gorengan.

2.2.2    Agama/Kepercayaan
      Agama / kepercayaan juga mempengaruhi jenis makanan yang dikonsumsi. Sebagai contoh, agama Islam dan Yahudi Orthodoks mengharamkan daging babi. Agama Roma Katolik melarang makan daging setiap hari, dan beberapa aliran agama (Protestan) melarang pemeluknya mengkonsumsi teh, kopi atau alkohol.

2.2.3    Status  Sosial  Ekonomi
      Pilihan seseorang terhadap jenis dan kualitas makanan turut dipengaruhi oleh status sosial dan ekonomi. Sebagai contoh, orang kelas menegah ke bawah atau orang miskin di desa tidak sanggup membeli makanan jadi, daging, buah dan sayuran yang mahal. Pendapatan akan membatasi seseorang untuk mengkonsumsi makanan yang mahal harganya. Kelompok sosial juga berpengaruh terhadap kebiasaan makan, misalnya kerang dan siput disukai oleh beberapa kelompok masyarakat, sedangkan kelompok masyarakat yang lain lebih menyukai hamburger dan pizza.

2.2.4    Personal Preference
      Hal-hal yang disukai dan tidak disukai sangat berpengaruh terhadap kebiasaan makan seseorang. Orang seringkali memulai kebiasaan makannya sejak dari masa kanak-kanak hingga dewasa. Misalnya, ayah tidak suka makan kai, begitu pula dengan anak laki-lakinya. Ibu tidak suka makanan kerang, begitu pula anak perempuannya. Perasaan suka dan tidak suka seseorang terhadap makanan tergantung asosiasinya terhadap makanan tersebut. Anak-anak yang suka mengunjungi kakek dan neneknya akan ikut menyukai acar karena mereka sering dihidangkan acar. Lain lagi dengan anak yang suka dimarahi bibinya, akan tumbuh perasaan tidak suka pada daging ayam yang dimasak bibinya.


2.2.5    Rasa Lapar, Nafsu Makan, dan Rasa Kenyang.
      Rasa lapar umumnya merupakan sensasi yang kurang menyenangkan karena berhubungan dengan kekurangan makanan. Sebaliknya, nafsu makan merupakan sensasi yang menyenangkan berupa keinginan seseorang untuk makan. Sedangkan rasa kenyang merupakan perasaan puas karena telah memenuhi keinginannya untuk makan. Pusat pengaturan dan pengontrolan mekanisme lapar, nafsu makan dan rasa kenyang dilakukan oleh sistem saraf pusat, yaitu hipotalamus.

2.2.6    Kesehatan 
      Kesehatan seseorang berpengaruh besar terhadap kebiasaan makan. Sariawan atau gigi yang sakit seringkali membuat individu memilih makanan yang lembut. Tidak jarang orang yang kesulitan menelan, memilih menahan lapar dari pada makan. http://puskesmas-oke.blogspot.com/2009/01/pola-makan-1.html

2.3 Pengertian Aharalagawa
Aharalagawa berasal dari kata Ahara yang artinya makan, dan Lagawa yang artinya ringan. Jadi, Aharalaghawa artinya makan sepatutnya, sesuai dengan kebutuhan tubuh. Aharalaghawa berarti juga mengatur cara dan jenis makanan yang dikonsumsi. Clokantara  menguraikan arti aharalagawa itu sebagai berikut
Aharalaghawa ngarannya adangan ring pinangan,
tan pinangan asing dinalih camah ring loka.
kunang yan amangan asing dinalih camah de sang
cuddha brata, tan brahmana caiwa sogata ngarannya,
janma tucca ngarannya, yeka pataka, tan wurung
tumampuh ring kawah temahanya.
Artinya:
Aharalagawa namanya, serba ringan dengan apa yang dimakan, segala yang disebut makruh (Camah) didunia tidaklah dimakan. Maka bila makan segala yang disebut makruh oleh orang yang suci, yang melakukan brata (Sang Cuddhabrata), tidak Brahmana Ciwa Buddha  namanya, manusia hina namanya, berdosalah ia pasti jatuh didalam neraka akhirnya (Clokantara hal. 41) .
Demikianlah uraian Clokantara tentang Aharalagawa.
Pancaciksa juga menguraikan bahwa yang disebut Aharalagawa, ialah tidak rakus atau tidak makan banyak-banyak (Wubhuksah), dan membatasi makan segala daging (Bhogasarwamangsa) dan selalu berasa puas (Santosa) dengan enak dan tidak enaknya makanan yang dimakan.
 Badan atau tubuh ini tidak akan ada jika tanpa makan atau minum. Karena tanpa itu manusia tidak akan bisa hidup bersama tubuhnya. Walaupun demikian, tidaklah berarti bahwa hidup ini untuk makan semata, tapi sebaliknya makan itu untuk menunjang kehidupan.

2.4 Pengelompokan Makanan Menurut Ajaran Aharalaghawa
Ada tiga kelompok jenis makanan yang sering dikonsumsi oleh banyak orang. Ketiga kelompok makanan tersebut yakni makanan Satwika, makanan Rajasika, dan makanan Tamasika.

2.4.1 Makanan Satwika
Makanan Satwika adalah makanan yang menyebabkan munculnya kesadaran terhadap diri sendiri, rasa kasih sayang, kedamaian dan kebahagiaan. Makanan Satwika inilah yang menjadi dasar diet para yogi, dan pilihan terhadap makanan ini akan sangat menunjang kesehatan baik secara fisik maupun mental.Kelompok makanan ini meliputi buah-buahan, sayur-sayuran, kacang-kacangan, padi-padian, susu dan hasil olahan susu, dan bumbu sekedarnya. Diet Satwika juga disebut "lacto vegetarian" karena mencakup susu dan olahan susu yang memberikan cukup kadar protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral.
Makanan Satwika tidak hanya berarti makanan yang dikonsumsi lewat mulut saja, tetapi juga udara bersih yang dihirup lewat hidung, pemandangan indah yang ditatap lewat mata, suara suci yang didengar lewat telinga, dan objek suci yang disentuh lewat kulit dan tangan. Semua objek Indera tersebut, tempat, dan waktu sangat berpengaruh terhadap keseimbangan mental, ketenangan hati, dan kesederhanaan pikiran dan prilaku kita. Karena itu, semua alat-alat Indera tempat masuknya rangsangan mesti dikendalikan. Tanpa pengendalian, manusia akan jatuh ke taraf binatang. Semua itu harus dibiasakan, bukan sekedar bisa, karena semua orang memang bisa mengendalikan nafsunya, namun tidak jarang hanya sesaat.
Menurut konsepsi “pasuk-wetu” di Bali, apa yang akan keluar (tingkah laku) tergantung pada apa yang masuk (konsumsi). Karena itu, agar kita sehat fisik dan spiritual, maka semestinya menjalani pola hidup dan pola makan yang sehat, yang secara umum akan membangkitkan sifat-sifat satwika di dalam diri kita. Makanan yang akan membangkitkan karakter satwika adalah makanan yang juga memiliki sifat satwika, seperti makanan segar, bebas kolesterol, bebas pestisida, bebas bahan-bahan aditif yang berbahaya dan beracun, tidak menyebabkan ketagihan, bebas dan perilaku penyiksaan, dan diolah dalam suasana yang menyehatkan, baik sifik maupun spiritual.(WHD No. 500, Agustus 2008.)
2.4.2 Makanan Rajasika
Makanan Rajasika adalah makanan yang memberikan rangsangan kepada tubuh dan jiwa dan hendaknya tidak dimakan berlebihan untuk menjaga keseimbangan mental. Kelebihan makanan ini akan mengganggu pikiran menjadi tidak tenang, panik, dantidak bisa relaks. Kelompok makanan Rajasika ialah : kopi, teh, softdrink, bumbu-bumbu pedas, makanan yang diragi dan obat-obatan.
2.4.3 Makanan Tamasika
Makanan Tamasika adalah makanan yang mengakibatkan rasa malas, mengantuk, gelisah dan tidak berinisiatif. Yang termasuk dalam kategori ini adalah daging, ikan, telor, jamur, alkohol, rokok, makanan basi. Dalam situasi tertentu makanan ini bisa lebih banyak dikonsumsi tergantung dari keadaan iklim dan kegiatan jasmani. Misalnya saat berada di tempat yang iklim sangat dingin, dimana daging dan sedikit minuman keras diperlukan untuk meningkatkan suhu badan.



                                                      BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Metode Pengumpulan Data
Data memegang peranan yang amat penting dalam kesuksesan dari penelitian ini. Untuk itu digunakan beberapa metode pengumpulan data dengan maksud agar data yang dikumpulkan memiliki kebenaran serta dapat dipertanggungjawabkan.
Teknik pengumpulan data yang penyusun pergunakan adalah Kajian Pustaka yaitu studi kepustakaan untuk mengumpulkan data dari buku dan sumber-sumber lain.
Kajian pustaka merupakan salah satu upaya untuk menlusuri hasil kajian yang ada sebelumnya,yang masih terkait dengan topik pembahasan yang akan dilaksanakan.Kajian pustaka dilakukan juga untuk menghindarkan sejauh mungkin terjadinya duplikasi.Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah melalui penelusuran hasil kajian yang ada sebelumnya,diharapkan hasil kajian sebelunnya dapat memberikan kotribusi pada pengkajian yang akan dilaksanakan,sehinga hasil pengkajian berikutnya dapat lebih dipertajam terkait dengan konsep keilmuan yang menjadi pokok pembahasan.

3. 2  Metode Analisis Data
          Teknik analisa data yang dipergunakan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah bersifat kualitatif, yaitu menguraikan data dengan kalimat logis dalam berbagai aspek dan melihat saling keterkaitannya. Data-data yang terkumpul dipaparkan dan kemudian diuraikan keterkaitan antara satu dengan  yang lain sehingga diperoleh simpulan yang logis.





BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Faktor yang Mempengaruhi Pola Makan Seseorang
            Adapun faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi pola makan seseorang, yaitu sebagai berikut :
4.1.1        Budaya
Budaya cukup menentukan jenis makanan yang sering dikonsumsi. Demikian pula letak geografis mempengaruhi makanan yang diinginkannya. Sebagai contoh, nasi untuk orang-orang Asia dan Orientalis, pasta untuk orang-orang Italia, curry (kari) untuk orang-orang India merupakan makanan pokok, selain makana-makanan lain yang mulai ditinggalkan. Makanan laut banyak disukai oleh masyarakat sepanjang pesisir Amerika Utara. Sedangkan penduduk Amerika bagian Selatan lebih menyukai makanan goreng-gorengan.
4.1.2         Agama dan Kepercayaan
Agama dan kepercayaan juga mempengaruhi jenis makanan yang dikonsumsi. Sebagai contoh, agama Islam dan Yahudi Orthodoks mengharamkan daging babi. Agama Roma Katolik melarang makan daging setiap hari, dan beberapa aliran agama (Protestan) melarang pemeluknya mengkonsumsi teh, kopi atau alkohol.

4.1.3        Status  Sosial  Ekonomi
Pilihan seseorang terhadap jenis dan kualitas makanan turut dipengaruhi oleh status sosial dan ekonomi. Sebagai contoh, orang kelas menegah ke bawah atau orang miskin di desa tidak sanggup membeli makanan jadi, daging, buah dan sayuran yang mahal. Pendapatan akan membatasi seseorang untuk mengkonsumsi makanan yang mahal harganya. Kelompok sosial juga berpengaruh terhadap kebiasaan makan, misalnya kerang dan siput disukai oleh beberapa kelompok masyarakat, sedangkan kelompok masyarakat yang lain lebih menyukai hamburger dan            pizza.
Orangtua sendiri, baik karena ketidaktahuannya maupun karena sikapnya yang masih mentabukan pembicaraan mengenai seks dengan anak, menjadikan mereka tidak terbuka pada anak, bahkan cenderung membuat jarak dengan anak dalam masalah ini.
4.1.4        Personal Preference
Hal-hal yang disukai dan tidak disukai sangat berpengaruh terhadap kebiasaan makan seseorang. Orang seringkali memulai kebiasaan makannya sejak dari masa kanak-kanak hingga dewasa. Misalnya, ayah tidak suka makan kai, begitu pula dengan anak laki-lakinya. Ibu tidak suka makanan kerang, begitu pula anak perempuannya. Perasaan suka dan tidak suka seseorang terhadap makanan tergantung asosiasinya terhadap makanan tersebut. Anak-anak yang suka mengunjungi kakek dan neneknya akan ikut menyukai acar karena mereka sering dihidangkan acar. Lain lagi dengan anak yang suka dimarahi bibinya, akan tumbuh perasaan tidak suka pada daging ayam yang dimasak bibinya.
4.1.5        Rasa   lapar, Nafsu Makan, dan Rasa Kenyang
Rasa lapar umumnya merupakan sensasi yang kurang menyenangkan karena berhubungan dengan kekurangan makanan. Sebaliknya, nafsu makan merupakan sensasi yang menyenangkan berupa keinginan seseorang untuk makan. Sedangkan rasa kenyang merupakan perasaan puas karena telah memenuhi keinginannya untuk makan. Pusat pengaturan dan pengontrolan mekanisme lapar, nafsu makan dan rasa kenyang dilakukan oleh sistem saraf pusat, yaitu hipotalamus.
4.1.6        Kesehatan
Kesehatan seseorang berpengaruh besar terhadap kebiasaan makan. Sariawan atau gigi yang sakit seringkali membuat individu memilih makanan yang lembut.
Tidak jarang orang yang kesulitan menelan, memilih menahan lapar dari pada makan.





4.2 Aharalagawa Sebagai Alternatif  Pengatur  Pola Makan yang Baik
Aharalagawa merupakan salah satu bagian dari Panca Nyama Bratha. Aharalagawa artinya makan sesuai dengan kebutuhan tubuh serta  mengatur cara dan jenis makanan yang dikonsumsi. Jenis makanan yang dikonsumsi oleh seseorang berbeda-beda berdasarkan atas lingkungan serta aktivitas kesehariaannya.
Dalam hal makan, hendaknya orang tidak saja memperhatikan selera kenikmatan lidah semata, yang terpenting adalah kandungan gizi makanan tersebut. Dalam hal ini seseorang harus dapat mengendalikan Jihwendriyanya, yaitu indrya pada lidah. Jadi pada prinsipnya Aharalaghawa mengajarkan agar makan yang menyehatkan dan mengembangkan pola hidup sederhana untuk mencapai ketenangan dan kesucian hidup lahir batin.
Dalam ajaran Aharalagawa, pola makan seseorang  tidak mentok harus makanan satwika, namun jenis makanan seseorang ditentukan atas dasar kegiatan kesehariannya. Orang yang tinggal dilingkungan yang beriklim dingin tentu membutuhkan jenis makanan yang berbeda dibandingkan dengan yang tinggal di iklim panas, begitu juga jenis makanan yang diperlukan oleh seseorang yang berprofesi sebagai pendeta (pandita/pinandita) tentu berbeda dengan makanan yang diperlukan oleh seorang buruh bangunan. Dan jika orang-orang tersebut dipaksakan untuk menkonsumsi makanan yang sama, kemungkinan orang yang tinggal dilingkungan dingin malah akan terkena penyakit.
Keistimewaan ajaran Aharalaghawa adalah mampu mengelompokkkan jenis makanan seseorang berdasarkan kegiatan kesehariaanya. Ketiga jenis makanan seperti terungkap pada  landasan teori akan di bahas disini lebih lanjut dengan mengaitkannya dengan kegiatan keseharian seseorang.
Dengan demikian, ajaran Aharalagawa mengelompokkan pola makan menjadi tiga jenis yaitu sebagai berikut:
2.4.1 Makanan Satwika
Makanan Satwika adalah makanan yang menyebabkan munculnya kesadaran terhadap diri sendiri, rasa kasih sayang, kedamaian dan kebahagiaan. Makanan Satwika inilah yang menjadi dasar diet para yogi, dan pilihan terhadap makanan ini akan sangat menunjang kesehatan baik secara fisik maupun mental.Kelompok makanan ini meliputi buah-buahan, sayur-sayuran, kacang-kacangan, padi-padian, susu dan hasil olahan susu, dan bumbu sekedarnya. Diet Satwika juga disebut "lacto vegetarian" karena mencakup susu dan olahan susu yang memberikan cukup kadar protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral.
Makanan Satwika tidak hanya berarti makanan yang dikonsumsi lewat mulut saja, tetapi juga udara bersih yang dihirup lewat hidung, pemandangan indah yang ditatap lewat mata, suara suci yang didengar lewat telinga, dan objek suci yang disentuh lewat kulit dan tangan. Semua objek Indera tersebut, tempat, dan waktu sangat berpengaruh terhadap keseimbangan mental, ketenangan hati, dan kesederhanaan pikiran dan prilaku kita. Karena itu, semua alat-alat Indera tempat masuknya rangsangan mesti dikendalikan. Tanpa pengendalian, manusia akan jatuh ke taraf binatang. Semua itu harus dibiasakan, bukan sekedar bisa, karena semua orang memang bisa mengendalikan nafsunya, namun tidak jarang hanya sesaat.
Menurut konsepsi “pasuk-wetu” di Bali (WHD No. 500, Agustus 2008.), apa yang akan keluar (tingkah laku) tergantung pada apa yang masuk (konsumsi). Karena itu, agar kita sehat fisik dan spiritual, maka semestinya menjalani pola hidup dan pola makan yang sehat, yang secara umum akan membangkitkan sifat-sifat Satwika di dalam diri kita. Makanan yang akan membangkitkan karakter satwika adalah makanan yang juga memiliki sifat satwam (sifat baik), seperti makanan segar, bebas kolesterol, bebas pestisida, bebas bahan-bahan aditif yang berbahaya dan beracun, tidak menyebabkan ketagihan, bebas dan perilaku penyiksaan, dan diolah dalam suasana yang menyehatkan, baik fisik maupun spiritual.
2.4.2 Makanan Rajasika
Makanan Rajasika adalah makanan yang memberikan rangsangan kepada tubuh dan jiwa dan hendaknya tidak dimakan berlebihan untuk menjaga keseimbangan mental. Kelebihan makanan ini akan mengganggu pikiran menjadi tidak tenang, panik, dan tidak bisa relaks, contohnya mengkonsumsi kopi secara berlebihan dapat menyebabkan halusinasi. Kemudian efek samping jika mengkonsumsi teh secara berlebihan menurut studi kesehatan di Boston menenmukan bahwa orang yang minum teh secara berlebihan memiliki kira setengah resiko serangan jantung dibandingkan dengan orang yang tidak minum teh. Kelompok makanan Rajasika ialah kopi,  teh, softdrink, bumbu-bumbu pedas, makanan yang diragi dan obat-obatan. Makanan Rajasika cocok dikonsumsi oleh pekerja keras seperti buruh bangunan, makanan ini cocok dikonsumsi dengan dipadukan dengan makanan jenis Satwika, karena dapat meningkatkan konsentrasi seseorang. Tetapi dikonsumsi dengan menyesuaikan kebutuhan tubuh serta tidak berlebihan agar tidak menimbulkan efek negatif bagi kesehatan tubuh.
2.4.3 Makanan Tamasika
Makanan Tamasika adalah makanan yang mengakibatkan rasa malas, mengantuk, gelisah dan tidak berinisiatif. Yang termasuk dalam kategori ini adalah daging, ikan, telor, jamur, alkohol, rokok, makanan basi. Dalam situasi tertentu makanan ini bisa lebih banyak dikonsumsi tergantung dari keadaan iklim dan kegiatan jasmani. Misalnya saat berada di tempat yang iklim sangat dingin, dimana daging dan sedikit minuman keras diperlukan untuk meningkatkan suhu badan. Namun jika terlalu banyak menkonsumsi daging akan berdampak buruk karena daging mengandung sedikit kandungan serat sehingga dapat mengakibatkan susah buang air besar dan kanker usus. Kalau manusia setengah baya dan lanjut usia karena kandungan kolesterol yang ada di daging tinggi bisa menyebabkan melemahnya sel tubuh terhadap serangan penyakit. Proses penuaan wajah lebih cepat. Jika kita amati, orang yang sering makan daging relatif lebih banyak kerutan wajahnya dibandingkan dengan yang ber-vegetarian. Kolesterol menyebabkan darah jadi kental dan berlemak mengakibatkan pengerasan pembuluh darah, penyakit jantung, hipertensi dan kelumpuhan. Mengkonsumsi jenis makanan ini harus disesuaikan dengan kebutuhan tubuh kondisi lingkungan, karena konsumsi yang tidak tepat serta berlebihan berakibat negatif terhadap kesehatan tubuh.



BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil kajian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
5.1.1        Faktor-faktor yang mempengaruhi pola makan seseorang yaitu faktor budaya, faktor agama/kepercayaan, faktor status sosial ekonomi, faktor personal preference, rasa lapar, nafsu makan,rasa kenyang, dan faktor kesehatan.
5.1.2        Ajaran Aharalagawa dapat dijadikan sebagai salah satu pedoman pengaturan pola makan karena ajaran Aharalagawa mengelompokkan makanan menjadi tiga jenis yaitu makanan satwika, makanan  rajasika, dan makanan tamasika. Makanan Satwika adalah makanan yang menyebabkan munculnya kesadaran terhadap diri sendiri, rasa kasih sayang, kedamaian, dan kebahagiaan. Kelompok makanan ini meliputi buah-buahan, sayur-sayuran, kacang-kacangan, padi-padian, susu dan hasil olahan susu, dan bumbu-bumbuan sekadarnya. Jenis makanan inilah yang dianjurkan dalam pengaturan pola makan. Jenis makanan Rajasika yakni makanan yang memberikan rangsangan kepada tubuh dan jiwa. Kelompok makanan ini adalah kopi, teh,softdrink, bumbu-bumbu pedas, makanan yang diragi, dan obat-obatan. Jenis makanan Rajasika ini dianjurkan untuk tidak dikonsumsi secara berlebihan. Jenis makanan Tamasika adalah makanan yang menyebabkan rasa gelisah, mengantuk dan tidak berinisiatif. Yang termasuk dalam kategori ini adalah daging, ikan, telor, jamur, alkohol, rokok, dan makanan basi. Makanan jenis ini hanya bisa dikonsumsi dalam kondisi tertentu, sedangkan dalam kondisi normal sangat dianjurkan untuk dihindari.



5.2 Saran
            Berdasarkanhasil pembahasan dan simpulan karya tulis ini, maka dapat kami sampaikan beberapa saran sebagai berikut :
5.2.1        Perlu adanya sosialisasi tentang pola makan yang baik kepada masyarakat dengan menyesuaikan terlebih dahulu dengan kegiatan kesehariannya, dan salah satu alternatif yang dapat ditempuh adalah penerapan ajaran Aharalagawa.
5.2.2        Masyarakat perlu memperhatikan kesehatan tubuh dengan memperbaiki pola makan yang didasarkan pada penerapan ajaran Aharalagawa.









DAFTAR PUSTAKA

Arifin, E. 1998.Zaenal.Dasar-dasar Penulisan Karangan Ilmiah:Grasindo.
http://www.depkes.go.id  diakses 30 Juli 2011.
http://www.id.inaheart.or.id diakses 30 Juli 2011.
http://www.parisadha.org diakses 29 Juli 2011.
http://www.puskesmas-oke.blogspot.com diakses 30 Juli 2011.
Kusnadi.2007.Biologi SMA/MA Kelas XI.Jakarta:Piranti Dharma Kalokatama.
Puniyatma,Ida Bagus Oka.1976.Cilakrama.Denpasar:Parisada Hindhu Dharma Indonesia.
Simpen AB, I Wayan.1982.Kamus Bahasa Kawi-Indonesia.Denpasar:Mabhakti Offset.
Sudarma, I Wayan.2007.Dharma Sasana Pemangku.Sumatra Selatan:tp.
Zehner, Robert C.1992.Kebijakan Dari Timur Beberapa Aspek Pemikiran Hinduisma.Jakarta:PT.Gramedia Pusat Utama.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar